Rabu, 01 Maret 2017

Meraih Mimpi


 Kita penat, kita lelah, terkadang  malah kitalah yang jatuh bertubi-tubi tatkala orang lain dengan mudahnya bangkit dan bersinar, Lantas untuk apa kita bersedih, kala Allah selalu menjanjikan ada kemudahan dibalik kesusahan?"

Meraih Mimpi


Aku melepas jas PKL putihku, kemudian berjalan untuk meraih  gerbang keluar di suatu rumah sakit yang menjadi saranaku mengejar ilmu, mencoba benar-benar memanusiakan diriku agar jauh lebih bermanfaat melalui bekal apapun yang kupunya. Bukan smartphone yang smartest memang, namun dari Hp pemberian ummiku tiga tahun lalu, setidaknya aku mampu membaca pemikiran orang dari apapun yang dibagikannya di wall publik itu. Begitu banyak orang sukses dan berbakat di beranda ini.

Entah apa yang terjadi siang itu, beranda ini dipenuhi oleh cerita-cerita kesuksesan, ada yang pagi tadi meminum secangkir kopi ditemani angin Australianya, ada yang berpose di antara megah bangunan tua di  Negeri para Anbiya, ada yang hari ini sidang skripsi dan sukses meraup grade memuaskan. RAsanya sesak di hati ini memicu senyum yang menjadi pudar, awalnya aku mengasihani diriku. Andai saja yang meminum kopi itu aku, disidang itu aku, dan yang berpose itu aku. Tapi, semua orang mempunyai minda dan keinginan masing-masing, tujuan masing-masing, jalan tempuh masing-masing. Hanya saja, tujuannya sama yaitu pada dasarnya kebahagian. Lantas, mengapa tak bersyukur saja atas apa yg telah dikerjakan sembari mengerjakan hal yg lebih bermanfaat lainnya.. :)

Keluar dari gerbang, kutatap deretan warung makanan dihadapanku. Warung mana yang hari ini Allah tentukan untukku 'nge-luch'. Aku membuang pandangan ke arah pintu keluar. 2 insan, satu nenek-nenek tua berpakaian hijau mencolok dengan motif bordiran lama, dan seorang anak dengan rambut diikat. Keduanya menangis terisak sambil duduk diantara tembok2 gerbang.  Meski tak jelas kudengar, nenek itu berbicara kepada sang anak dibarengi tangis sejadi-jadinya. Hatiku terisak, bersama seorang teman kuhampiri anak itu.
' Adek, kenapa nangis?'
Anak kecil yang kuhampiri itu menghindar, seperti tak ingin membagi cerita. Sang nenek menyahut dengan suara yang tak jelas karena usia tua dan kesedihan mendalam.
" Saya lagi nyari orang, dari tadi pagi sampe sekarang gag jumpa-jumpa. Dia marinir disini tapi saya gag tau dia dimana" Sang nenek mulai menangis dan melanjutkan ceritanya lagi. 
"Saya dari jawa, kesini cari dia, keponakan saya. Tapi dia gak ada, saya gak tau rumahnya dimana"
Aku dan sahabat disampingku terpatung, mencari cara bagaimana membantu. Aku membayangkan dua orang yang digolongkan orang 'dhaif' tersesat di belantara kota dan hanya bisa menangis. Sedang kami pun begitu, berada di wilayah yang kami sendiri tak paham bagaimana. 

Belum rampung si otak mencari jawaban, seorang lelaki datang ke arah kami. Perkiraanku umurnya 40-an lebih. Ia menggendong sang nenek " Udah! pulang aja, orangnya gag bakal ada. Dari tadi pagi ditungguin gag ada, gag ada yang tau dia dimana" Sang nenek yang digendong, masih saja menangis. 

Aku dan temanku ditinggal dengan cepat oleh kejadian itu. Mungkin, harus mencari hikmahnya melalui renungan panjang. Menyesal, tak bisa membantu apa-apa.

// Semoga sang Nenek dimudahkan Allah untuk mencari anggota keluarga nya...Tidak tidak....semoga anggota keluarga itu datang mengunjungi sang nenek yang ditinggal jauh olehnya ....

- Ainul Mardiah

0 komentar:

Posting Komentar