Kamis, 04 Januari 2018

Janji dan Dirinya Sendiri

Dia hadir menembus dinginnya selaput angin
Dari derasnya cibiran hujan yang hampir menenggelamkan mimpi sejarah

Meraba-raba setapak sempit pada tebalnya kabut subuh
Mengendus aroma titah pada bukit yang berbatu
Meski pandangan masih hitam tanpa gores pandang warna,
Dia masih kukuh menyelam pada awan sejuk pengunungan

Mendaki terus dan terus mendaki tanpa memandang ke belakang
Meski banyak edelweiss yang menggoda hati setianya,
Diri itu masih terus meraba-raba
Setapak sempit pada jejak-jejak kecilnya

Hingga akhirnya subuh menyerah kepada fajar
Dan membuka warna terjalnya neraka hijau

Ada sukma yang terletak tinggi
Pada dalamnya nafas zikir yang menghidupkan cinta mulia 
Hingga debu enggan melekat pada suci tanpa zina,
Yang akan iseng mengundang murka yang sebenarnya mengerikan

Pada titah yang dijemput diri itu,
Adalah janji kecil kepada khalik,
Yang mana angin, hujan, dan kabut subuh turut menjadi saksi Ikrar kerinduan tentang kecintaan nya yang masih semu itu
Demi seribu judul puisi, yang tergantung di awan surga,
Akulah Diri itu,
Yang akan mencari jejak-jejak wangimu
Berdampingan dengan janji yang kelak akan aku jadikan sejarah

Sajak Fauzi Rias Utama (Serambi Indonesia. Minggu 31 Desember 2017)
Fauzi Rias Utama, lahir di Babahrot, 6 Juni 1998. Bermukim di Simeulue
Banda Aceh, 1 Desember 2017
Janji dan Dirinya Sendiri/Ilustrasi Pinterest



0 komentar:

Posting Komentar