Dalam kabut tipis
Seiris puisi berbaris
Mencungkil kedua bola mata
Sepintas, namun cukup pedas
Asap mengempul dari kawan
Bahkan telinga tak sanggup
Untuk mendengar lolongan
Yang entah kenapa, masih
Terus menguntit pagi yang hening
Buah tasbih telah bertutur
Melumatkan setiap murka
Tanpa jeda
Meureudu, 2017
Sajak Halim Mubary (Serambi Indonesia, Minggu 7 Januari 2018)
Halim Mubary, lahir di Meureudu, 1969. Dosen IAI Al-Azizyah Samalanga.
Sekarang menetap di Bireun
Lindap Cinta
|
0 komentar:
Posting Komentar